PHRI dan Disporapar Jawa Tengah Diminta Intensifkan Sinergitas Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Berita Rekomendasi

SEMARANG – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah dan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah diminta mengintensifkan dalam berkolaborasi guna meningkatkan kunjungan wisatawan.

Kolaborasi dan sinergi itu penting agar tercipta kerjasama yang saling menguntungkan dalam menumbuhkan bisnis perhotelan dan industri pariwisata di Jawa Tengah. Terlebih lagi sekarang perhotelan menghadapi tantangan menurunnya okupansi seiring dengan dampak kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah.

Hal itu terungkap dalam kegiatan Sarasehan dengan tema “Peran Serta Pengusaha Perhotelan dalam Mendukung Asta Cita Melakukan Kunjungan Wisatawan di Wilayah Jawa Tengah” yang digelar di Hotel Grasia Semarang, Kamis (15/5).

Kegiatan yang digelar atas kerjasama Pemprov Jawa Tengah, Polda Jawa Tengah dan PHRI Jawa Tengah ini diikuti para pelaku usaha perhotelan dan pariwisata di Kota Semarang.

Kasubdit 2 Ditintelkam Polda Jateng AKBP Mashudi, SH dalam kesempatan ini menyampaikan melalui kegiatan sarasehan dapat memberikan pemahaman kepada peserta sehingga mendukung situasi kamtibmas di Jawa Tengah.

“Kebijakan pemerintah yang kemarin pengusaha perhotelan juga merasakan, tapi kebijakan itu tetap kita hormati dan melaksanakan bersama,” katanya.

Pihaknya berharap dengan kolaborasi antara Polri dengan pelaku usaha perhotelan dan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah bisa mengangkat dan mensinergikan antara perhotelan dengan pariwisata.

Baca Juga:  Perkuat Konektivitas Sepanjang Jalur Mudik, Indosat Ooredoo Hutchison Gelar Ekspedisi Jaringan Andal

Menurutnya, berbagai kegiatan yang bisa mengangkat pariwisata di Jawa Tengah diantaranya kegiatan olahraga, kesenian dan perekonomian saat ini bisa mendatangkan wisatawan.
“Kegiatan sudah mulai menggeliat, sering libur nasional juga bisa memperbaiki kondisi bisnis perhotelan,” terangnya.

Ketua PHRI Jawa Tengah Heru Isnawan mengajak pelaku bisnis perhotelan untuk melakukan diversifikasi pasar agar tetap eksis di tengah pasar yang sedang lesu. Diversifikasi dilakukan dengan menawarkan berbagai paket wisata berbasis budaya dan alam yang menarik agar dapat menggaet wisatawan dan tamu hotel.

“Solusi dan inovasi yang bisa dilakukan sekarang adalah mengurangi ketergantungan pada segmen pemerintahan dan MICE denga menarik wisatawan domestik maupun mancanegara,” kata Heru Isnawan.

Heru Isnawan menuturkan, saat ini perhotelan memang sebagian besar memiliki ketergantungan dengan segmen MICE yang didominasi pasar instansi pemerintah. “Hampir 50 persen hotel di Jawa Tengah tamu hotel berasal dari kegiatan MICE yang didominasi instansi pemerintah,” tuturnya.

Baca Juga:  Perkuat Pilar Aman dan Tangguh, Grup Astra Semarang Berdayakan Warga KBA Tanon

Dikatakan, efisiensi yang dilakukan pemerintah tahun ini memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis perhotelan. Bahkan efisiensi anggaran pemerintah membuat beberapa hotel di Jawa Tengah mengalami penurunan okupansi hingga 40 persen.

Selain itu, lanjut Heru Isnawan, tidak hanya pelaku perhotelan yang terdampak, melainkan pelaku UMKM yang selama ini menjadi supplier atas berbagai kebutuhan perhotelan. Sehingga pengurangan tenaga kerja menjadi pilihan yang diambil atas situasi menurunnya bisnis perhotelan awal tahun ini.

“Peningkatan SDM perhotelan itu menjadi tantangan bagi kami, maka itu solusinya meningkatkan SDM sekaligus memanfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan hunian hotel,” imbuhnya.

Kabid Pemasaran Pariwisata Disporapar Jawa Tengah, Endro Wicaksa mengatakan, pelaku bisnis perhotelan harus bisa menggarap pasar sekunder ditengah menurunnya pasar instansi pemerintah saat ini.

“Perhotelan harus berinisiasi untuk menggarap pasar sekunder, sehingga bisa menggantikan pasar primer (istansi pemerintah) yang sedang menurun karena dampak efisiensi anggaran,” katanya.

Baca Juga:  Warga Pracimantoro Siap Jaga Kondusifitas, Meski Menolak Pabrik Semen

Menurutnya, untuk meningkatkan hunian, perhotelan harus cepat menangkap peluang dalam membuat produk yang dijual. Peluang itu salah satunya, seperti dibukanya kembali Bandara Ahmad Yani Semarang sebagai bandara internasional.

“Sekarang di Semarang kan sudah ada 13 direct flight, belum lagi nanti akan masuk penerbangan internasional. Itu harus ditangkap perhotelan untuk membuat produk yang bisa menarik kunjungan ke Semarang,” terangnya.

Berdasarkan data Disporapar Jawa Tengah, pada 2024 lalu tingkat kunjungan wisatawan domestik atau nusantara mencapai 68.887.558. Diharapkan tahun 2025 ini angkanya meningkat hingga mencapai 70 jutaan wisatawan domestik yang berkunjung ke Jawa Tengah. Sedangkan wisatawan mancanegara tahun 2024 mencapai 593.168 dan diharapkan tahun ini juga meningkat.

Untuk mememasarkan wisata di Jawa Tengah, Disporapar tahun 2024 melakukan kampanye dengan tagline “Jelajah Jateng”. “Tahun 2025 ini akan terus kita kampanyekan Jelajah Jateng itu dengan menggandeng influenzer dan media onlie,” tandasnya. (***)

Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terkini